Sejarah Percetan di Indonesia -->

Iklan Semua Halaman

Ads

Sejarah Percetan di Indonesia

Admin
Friday, January 22, 2021


Sejarah percetakan di Indonesia mungkin belum diketahui oleh banyak orang meskipun saat ini percetakan memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa adanya sejarah percetakan pastinya hingga saat ini Indonesia belum mengalami kemajuan dalam hal percetakan sehingga akan jauh tertinggal dibanding negara lainnya. Tetapi saat ini berbagai hasil karya percetakan bisa dinikmati dan memberikan manfaat yang luar biasa terutama bagi promosi dan pemberian informasi.

Masih ingat dengan tulisan sebelumnya mengenai sejarah percetakan pertama di dunia? Saat itu, mesin cetak diinovasikan pertama kali oleh Johannes Gutenberg di Mainz, Jerman. Setelah Gutenberg, inovasi mesin cetak dilanjutkan oleh Johann Fust dan Peter Schöffer. Sejarah percetakan pada masa tersebut masih berkaitan dengan ranah keagamaan, khususnya Katolik. Pasalnya, Gutenberg saat itu menggunakan mesin cetak untuk mencetak alkitab, demi melunasi hutang-hutangnya.

Setelah perjalanan panjang di era Printing Press, alhasil mesin cetak dikenalkan pada berabad-abad lalu di Indonesia. Percetakan di Indonesia pertama kali diperkenalkan oleh Belanda, guna menerbitkan literatur Kristen dalam bahasa daerah. Berbeda dengan zaman Gutenberg, perkembangan percetakan di Indonesia lebih berkaitan dengan perkembangan media, khususnya surat kabar dan dokumen pemerintahan.

Sejarah percetakan di Indonesia sudah muncul pada 1659. Dilansir dari Solusi Printing, Belanda tertarik mendirikan usaha percetakan, setelah munculnya barang cetak pertama, yaitu Almanak Tijdboek. Beberapa tahun setelah kemunculan Almanak Tijdboek, VOC Belanda membuat perjanjian kontrak dengan beberapa ahli penjilidan dari Amsterdam. Hal ini karena untuk memenuhi kebutuhan barang-barang VOC. Menariknya, VOC juga menjual alat cetak ke pihak penjilidan lho.

Di samping bekerja sama dengan pihak penjilidan di Amsterdam, rupanya Belanda juga pernah mencetak dokumen perjanjian pemerintahan di Indonesia. Dilansir dari Percetakanku, Hendrik Brant sempat mencetak dokumen pemerintahan, yaitu Perjanjian Bongaya antara Laksamana Cornelis Speelman dan Sultan Hasanuddin di Makasar pada 15 Maret 1668. Pada tahun yang sama, dia mendapatkan kontrak untuk mencetak sekaligus menjilid buku VOC.

Pada 1719, usaha percetakan swasta VOC pun dibangun di Indonesia, khususnya di Jakarta. Saat itulah, percetakan tersebut dinamai Castel Press. Tidak lama kemudian, VOC mendirikan usaha percetakan kembali untuk ketiga kalinya, pada pemerintahan Jenderal Gustaaf Williem Baron von Imhoff. Di tahun yang sama, mulai tercetak surat kabar pertama yang menggunakan bahasa Indonesia, serta diterbitkan secara mingguan.


Pada tahun 1976 ada sebanyak 385 mesin cetak Offset didatangkan ke Indonesia. Dan perkembangan pesat dimulai pada tahun 1992 sampai 1997 dimana teknologi Computer To Film (CTF) mulai masuk ke Indonesia dimulai dari percetakan besar hingga sampai ke percetakan menengah dan kecil. Pada tahun 2000 penggunaan teknologi CTF mulai teralihkan perihal berkembangnya teknologi Computer To Plate (CTP) atau yang terkenal dengan merk Heidelberg, Screen, Scitex, Basys Print dan AGFA.


Perkembangan terkini percetakan di Indonesia tumbuh pesat dengan CTP dengan master dan tanpa master seperti salah satu yang terkenal adalah HP Indigo, fuji jet press 750S. Kemudian era 2007 keatas muncul berbagai peluang menjanjikan seperti Digital Printing, 3D Printing, dan Water Transfer Printing. Melalui penjelasan di atas, kini Anda bisa memperoleh informasi dan wawasan mengenai sejarah percetakan di Indonesia yang dimulai sejak zaman VOC sampai sekarang ini. Meskipun belum diketahui secara pasti dalam bentuk data valid, tetapi setidaknya dapat diketahui perjalanan perkembangan dunia percetakan yang dimulai dari kamus hingga sekarang ini.